Ilustrasi pembelajaran daring (Pixabay.com/N-region) |
Sebelum terjadinya digitalisasi, pendidikan di Indonesia berfokus di sekolah dengan guru sebagai sumber pengetahuan bagi peserta didik. Guru menyampaikan materi pembelajaran kepada peserta didik, sementara peserta didik menerima materi pembelajaran dari guru. Guru biasanya menggunakan media pembelajaran seperti papan tulis dan buku dalam menyampaikan materi pembelajaran. Selama guru menjelaskan materi di papan tulis, para peserta didik biasanya akan menuliskan materi tersebut di buku tulis sehingga materi yang telah diajarkan dapat tersimpan dengan baik dan dapat dibuka kapan saja.
Mengerjakan tugas merupakan salah satu tantangan bagi peserta didik di tengah tidak mudahnya untuk mendapatkan informasi yang diinginkan. Beberapa informasi dapat ditemukan di buku paket atau lembar kerja siswa mengingat kebanyakan soal didasarkan pada materi yang telah dijelaskan di buku. Meski begitu, peserta didik membutuhkan kemampuan membaca agar dapat menemukannya dengan cepat. Buku catatan merupakan alternatif bagi peserta didik dalam mencari informasi dengan cepat karena biasanya materi ditulis dengan ringkas di sana. Selain itu, biasanya guru juga memberikan tugas berupa makalah atau mading kepada peserta didik. Dalam kasus seperti itu, peserta didik biasanya menggunakan media cetak seperti koran untuk mendapatkan informasi yang diminta oleh guru. Informasi yang telah dikumpulkan dari media cetak ditempelkan di kertas atau karton lalu diberikan tulisan tambahan oleh peserta didik agar mudah dipahami. Ketika tugas kelompok, para peserta didik akan bertemu di suatu tempat yang ditentukan untuk mengerjakan tugas bersama.
Hampir seluruh kegiatan sekolah menggunakan kertas dalam pelaksanaannya. Misalnya, ketika penilaian tengah atau akhir semester, peserta didik akan diberikan kertas lembar jawaban untuk mengisi jawaban begitu pula dengan soalnya juga menggunakan kertas. Setelah itu, guru akan memeriksanya secara manual. Begitu pula penghitungan nilai masih menggunakan kalkulator. Ketika akhir semester, wali kelas akan memberikan buku rapot kepada orang tua dengan nilai dan catatan yang ditulis tangan oleh wali kelas. Di tambah lagi, arsip sekolah memerlukan ruang yang besar karena sebagian besar data adalah kertas.
Setelah berkembangnya proses digitalisasi dalam bidang pendidikan, guru dan peserta didik mulai bersentuhan dengan teknologi informasi dan komunikasi, terutama dalam penggunaan perangkat keras seperti komputer atau laptop dalam mengerjakan tugas serta penggunaan internet dalam pencarian informasi. Hal ini tentunya sangat bermanfaat bagi guru dan peserta didik sehingga pembelajaran menjadi lebih terbuka luas. Meski begitu, cara lama masih dipertahankan dalam beberapa hal seperti pembelajaran tatap muka serta penggunaan kertas karena dinilai masih memiliki nilai tersendiri dalam pendidikan.
Melalui pembelajaran daring, digitalisasi dalam bidang pendidikan di Indonesia semakin terasa. Pembelajaran daring merupakan pembelajaran kelas yang dilakukan di dalam jaring menggunakan internet dan perangkat lunak atau aplikasi. Pembelajaran daring mulai intens dilakukan ketika pandemi COVID-19 melanda di Indonesia. Pembelajaran daring dilakukan sebagai solusi dari pembelajaran tatap muka yang tidak dapat dilaksanakan untuk sementara waktu sampai kondisi kembali normal.
Melalui pembelajaran daring, pembelajaran tidak harus dilakukan dengan tatap muka melainkan dapat menggunakan aplikasi sehingga dapat menghemat waktu dan biaya peserta didik untuk pergi ke sekolah. Peserta didik juga dapat belajar dari mana saja dan kapan saja sehingga guru tidak lagi menjadi satu-satunya sumber pengetahuan bagi peserta didik. Guru juga tidak merasa kesulitan memberikan tugas meski terpisah oleh jarak karena dapat dilakukan menggunakan aplikasi kelas. Penggunaan aplikasi kelas ini juga memungkinkan penghematan penggunaan kertas oleh guru dan peserta didik karena peserta didik hanya perlu mengirimkan berkas. Selain itu, pembelajaran kelas menjadi menarik dan tidak monoton.
Namun pembelajaran daring juga memiliki beberapa risiko. Salah satu risikonya adalah tidak tersampaikannya pembelajaran dengan baik akibat tidak fokusnya peserta didik dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu, peserta didik hanya terfokus pada penyelesaian tugas daripada penguasaan materi karena biasanya jawaban yang ditemukan di internet hanya disalin kembali tanpa pembelajaran lebih lanjut. Ditambah lagi, para peserta didik yang termasuk dalam ekonomi menengah ke bawah dapat ketinggalan pelajaran jika tidak menyeimbangi dirinya dengan peserta didik lain dalam hal internet dan fasilitas.
No comments